Rabu, 21 Desember 2011

Tempat Wisata di Banyuwangi

Selain itu aq juga mau ngasih tau tempat-tempat wisata di Banyuwngi. Keren-keren lo ayo deh pada liburan ke Banyuwangi
Nih diantaranya tempat-tempat wisatanya:

Banyuwangi – Tempat Wisata Petualangan Alam Terbaik Indonesia
ijen crater adventure and trekking
ijen crater adventure and trekking
Kabupaten Banyuwangi menyimpan keindahan alam yang sangat luar biasa, tidak salah apabila banyak wisatawan yang menjadikan Kabupaten Banyuwangi sebagai pilihan wisata ketika liburan atau jalan-jalan. Hal ini karena banyak sekali tempat wisata khususnya panorama alam yang siap dijelajahi. Beberapa tempat wisata Banyuwangi yang paling banyak dikunjungi ialah: Kawah Ijen, Watu Dodol, Pantai Sukamade, Taman Nasional Alas Purwo – Bedul Mangrove, Pantai Rajegwesi, Pantai Plengkung, Pantai Bedul, Pantai Watu Dodol, Taman Nasional Baluran dan lain-lain. Memang dibutuhkan waktu agak lama untuk bisa menikmati aneka wisata Banyuwangi ini, dikarenakan tempatnya yang berjauhan. Tetapi setelah sampai di tujuan wisata tersebut, bisa dipastikan mata dan hati wisatawan akan terpuaskan oleh eloknya panorama ciptaan Sang Maha Pencipta yang dimiliki oleh Kabupaten Banyuwangi “the sunrise of Java”.
penyu bertelur di sukamade
Penyu bertelur malam hari (bisa mencapai 150-200 butir lho...)
Terhampar di wilayah seluas 5.800 km persegi, Banyuwangi memiliki topografi yang lumayan komplit; mulai dari dataran rendah hingga pegunungan, untuk ditanami berbagai tanaman industri. Tidak hanya tanahnya yang subur, Kabupaten Banyuwangi juga memiliki potensi yang sangat besar dalam sektor pariwisata. Selain “segi tiga berlian”: Kawah Ijen, Plengkung G-Land, dan Pantai Sukamade, di Banyuwangi terhampar banyak lokasi wisata yang sanggup menjadi “magnet” para pelancong.
Di Kota Banyuwangi sendiri terdapat Museum Blambangan, tepat di depan alun-alun di Jalan Sritanjung (yang kini berada di Area pelinggihan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi), yang memamerkan koleksi barang-barang perkakas berusia ratusan tahun yang terbuat dari gerabah atau perunggu serta bermacam kitab kuno. Selain itu, bagi wisatawan yang berminat menikmati suasana perkebunan, alternatif pilihan demikian beragam di Banyuwangi. Ada Kebun Kandeng Lembu di Kalibaru, perkebunan di Kecamatan Glenmore, Kaliklatak di lereng Gunung Merapi, Kalibendo dan objek agrowisata di Kaliselogiri.
mangrove bedul alas purwo
Mangrove Bedul Alas Purwo (temukan kedamaian di sini)
Perkebunan di Kaliklatak adalah perintis wisata agro di Tanah Air. Terletak di lereng Gunung Merapi, atau 15 km barat kota Banyuwangi, objek wisata perkebunan ini memiliki luas sekitar 100 ha dan dikelola oleh perusahaan swasta. Komoditas utama dari kawasan Kaliklatak antara lain berupa kopi, coklat, karet, cengkeh, dan rempah-rempah.
Hal yang unik dari Banyuwangi adalah terdapatnya dua taman nasional yang berfungsi aktif sebagai wahana konservasi flora dan fauna, yakni Taman Nasional Alas Purwo (TNAP), Taman Nasional Meru Betiri (TNMB). Bahkan berbatasan dengan kabupaten Situbondo, ada Taman Nasional Baluran yang dikenal dengan the Africa of Java.
Objek wisata air mancur juga ada di Banyuwangi. Air mancur alami yang mengucur di dekat pantai terletak di kawasan Pancur yang masih berada di Taman Nasional Alas Purwo sangat tepat untuk berteduh dan bersantai sembari menikmati suara deburan ombak serta melihat binatang liar dari hutan.
plengkung - alas purwo banyuwangi
Plengkung - Alas Purwo
Pada Taman Nasional Alas Purwo terdapat beberapa gua yang digunakan sebagai tempat untuk bermeditasi oleh kalangan supranatural. Gua sakral seperti Gua Istana dan Sendang Srengenge berada sekitar 2 km saja dari Pancur. Sementara tak jauh dari Pancur, terdapat karang hitam (karang mati) yang lebih dikenal dengan sebutan Karang Ireng, lengkap dengan pantai berpasir gotrinya. Lebih kurang 10 km dari Pancur, ada Plengkung G-Land yang dikenal sebagai surga para peselancar dunia. Sayangnya jalan dari Pancur ke Plengkung lewat darat masih rusak parah, jalur alternatif dan lebih cepat via pantai Grajagan dengan speed boat.
Gua-gua lain yang kerap dijadikan tempat bersemedi para lelono, sebutan bagi orang yang bermeditasi di sana, adalah Gua Padepokan dan Gua Putri. Perjalanan menuju gua-gua itu sangat mengesankan karena wisatawan berjalan di bawah rimbunnya Hutan Alas Purwo, bahkan tak jarang mereka juga terpaksa melintasi sungai kecil serta merangkak di bawah rumpun bambu yang tumbang.
 

Asal-usul Banyuwangi

Aku kan dari Banyuwangi jadi aq mau nyeritaain sejarah tentang sejarah banyuwangi

inilah ceritanya: 

 Pada zaman dahulu di kawasan ujung timur Propinsi Jawa Timur terdapat sebuah kerajaan besar yang diperintah oleh seorang Raja yang adil dan bijaksana. Raja tersebut mempunyai seorang putra yang gagah bernama Raden Banterang. Kegemaran Raden Banterang adalah berburu. “Pagi hari ini aku akan berburu ke hutan. Siapkan alat berburu,” kata Raden Banterang kepada para abdinya. Setelah peralatan berburu siap, Raden Banterang disertai beberapa pengiringnya berangkat ke hutan. Ketika Raden Banterang berjalan sendirian, ia melihat seekor kijang melintas di depannya. Ia segera mengejar kijang itu hingga masuk jauh ke hutan. Ia terpisah dengan para pengiringnya. “Kemana seekor kijang tadi?”, kata Raden Banterang, ketika kehilangan jejak buruannya. “Akan ku cari terus sampai dapat,” tekadnya. Raden Banterang menerobos semak belukar dan pepohonan hutan. Namun, binatang buruan itu tidak ditemukan. Ia tiba di sebuah sungai yang sangat bening airnya. “Hem, segar nian air sungai ini,” Raden Banterang minum air sungai itu, sampai merasa hilang dahaganya. Setelah itu, ia meninggalkan sungai. Namun baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba dikejutkan kedatangan seorang gadis cantik jelita. “Ha? Seorang gadis cantik jelita? Benarkah ia seorang manusia? Jangan-jangan setan penunggu hutan,” gumam Raden Banterang bertanya-tanya. Raden Banterang memberanikan diri mendekati gadis cantik itu. “Kau manusia atau penunggu hutan?” sapa Raden Banterang. “Saya manusia,” jawab gadis itu sambil tersenyum. Raden Banterang pun memperkenalkan dirinya. Gadis cantik itu menyambutnya. “Nama saya Surati berasal dari kerajaan Klungkung”. “Saya berada di tempat ini karena menyelamatkan diri dari serangan musuh. Ayah saya telah gugur dalam mempertahankan mahkota kerajaan,” Jelasnya. Mendengar ucapan gadis itu, Raden Banterang terkejut bukan kepalang. Melihat penderitaan puteri Raja Klungkung itu, Raden Banterang segera menolong dan mengajaknya pulang ke istana. Tak lama kemudian mereka menikah membangun keluarga bahagia. Pada suatu hari, puteri Raja Klungkung berjalan-jalan sendirian ke luar istana. “Surati! Surati!”, panggil seorang laki-laki yang berpakaian compang-camping. Setelah mengamati wajah lelaki itu, ia baru sadar bahwa yang berada di depannya adalah kakak kandungnya bernama Rupaksa. Maksud kedatangan Rupaksa adalah untuk mengajak adiknya untuk membalas dendam, karena Raden Banterang telah membunuh ayahandanya. Surati menceritakan bahwa ia mau diperistri Raden Banterang karena telah berhutang budi. Dengan begitu, Surati tidak mau membantu ajakan kakak kandungnya. Rupaksa marah mendengar jawaban adiknya. Namun, ia sempat memberikan sebuah kenangan berupa ikat kepala kepada Surati. “Ikat kepala ini harus kau simpan di bawah tempat tidurmu,” pesan Rupaksa. Pertemuan Surati dengan kakak kandungnya tidak diketahui oleh Raden Banterang, dikarenakan Raden Banterang sedang berburu di hutan. Tatkala Raden Banterang berada di tengah hutan, tiba-tiba pandangan matanya dikejutkan oleh kedatangan seorang lelaki berpakaian compang-camping. “Tuangku, Raden Banterang. Keselamatan Tuan terancam bahaya yang direncanakan oleh istri tuan sendiri,” kata lelaki itu. “Tuan bisa melihat buktinya, dengan melihat sebuah ikat kepala yang diletakkan di bawah tempat peraduannya. Ikat kepala itu milik lelaki yang dimintai tolong untuk membunuh Tuan,” jelasnya. Setelah mengucapkan kata-kata itu, lelaki berpakaian compang-camping itu hilang secara misterius. Terkejutlah Raden Banterang mendengar laporan lelaki misterius itu. Ia pun segera pulang ke istana. Setelah tiba di istana, Raden Banterang langsung menuju ke peraaduan istrinya. Dicarinya ikat kepala yang telah diceritakan oleh lelaki berpakaian compang-camping yang telah menemui di hutan. “Ha! Benar kata lelaki itu! Ikat kepala ini sebagai bukti! Kau merencanakan mau membunuhku dengan minta tolong kepada pemilik ikat kepala ini!” tuduh Raden Banterang kepada istrinya. “ Begitukah balasanmu padaku?” tandas Raden Banterang.”Jangan asal tuduh. Adinda sama sekali tidak bermaksud membunuh Kakanda, apalagi minta tolong kepada seorang lelaki!” jawab Surati. Namun Raden Banterang tetap pada pendiriannya, bahwa istrinya yang pernah ditolong itu akan membahayakan hidupnya. Nah, sebelum nyawanya terancam, Raden Banterang lebih dahulu ingin mencelakakan istrinya. Raden Banterang berniat menenggelamkan istrinya di sebuah sungai. Setelah tiba di sungai, Raden Banterang menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki compang-camping ketika berburu di hutan. Sang istri pun menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki berpakaian compang-camping seperti yang dijelaskan suaminya. “Lelaki itu adalah kakak kandung Adinda. Dialah yang memberi sebuah ikat kepala kepada Adinda,” Surati menjelaskan kembali, agar Raden Banterang luluh hatinya. Namun, Raden Banterang tetap percaya bahwa istrinya akan mencelakakan dirinya. “Kakanda suamiku! Bukalah hati dan perasaan Kakanda! Adinda rela mati demi keselamatan Kakanda. Tetapi berilah kesempatan kepada Adinda untuk menceritakan perihal pertemuan Adinda dengan kakak kandung Adinda bernama Rupaksa,” ucap Surati mengingatkan. “Kakak Adindalah yang akan membunuh kakanda! Adinda diminati bantuan, tetapi Adinda tolah!”. Mendengar hal tersebut , hati Raden Banterang tidak cair bahkan menganggap istrinya berbohong.. “Kakanda ! Jika air sungai ini menjadi bening dan harum baunya, berarti Adinda tidak bersalah! Tetapi, jika tetap keruh dan bau busuk, berarti Adinda bersalah!” seru Surati. Raden Banterang menganggap ucapan istrinya itu mengada-ada. Maka, Raden Banterang segera menghunus keris yang terselip di pinggangnya. Bersamaan itu pula, Surati melompat ke tengah sungai lalu menghilang. Tidak berapa lama, terjadi sebuah keajaiban. Bau nan harum merebak di sekitar sungai. Melihat kejadian itu, Raden Banterang berseru dengan suara gemetar. “Istriku tidak berdosa! Air kali ini harum baunya!” Betapa menyesalnya Raden Banterang. Ia meratapi kematian istrinya, dan menyesali kebodohannya. Namun sudah terlambat. Sejak itu, sungai menjadi harum baunya. Dalam bahasa Jawa disebut Banyuwangi. Banyu artinya air dan wangi artinya harum. Nama Banyuwangi kemudian menjadi nama kota Banyuwangi.

Kamis, 24 November 2011

curhat yang membosankan

Pernah engga' kalian ngerasain hidup kamu ngerasa kosong,sepi,hampa,pokoknya yang gitu-gitu deh......?
Terus pernah engga' kamu dicurhatin temen kamu soal dia bingung milih cow apa cew yang deket sama dia sedangkan kamu sendiri sampai saat ini km belum punya pasangan.......
Pasti aneh ngomongin soal hal kayak gini, paling engga' buat orang yang dicurhatin dan pastinya belum punya pasangan itu dia bakalan bilang di hati "apaan sih lo nanya gitu ke gue padahal lo tau kalo gue sendiri belum punya pacar." Paling yang dilakuin klo engga' ngalingin topik ya ditinggalin soalnya dia berfikiran aq aja satu belum dapet eh kamunya malah bingung mana yang bakalan kamu pilih......
Pastinya sakit hati banget  kan......
Jadi gue ngasih solusi buat orang yang dicurhatin kayak gitu mending kalian waktu dicurhatin soal begituan mendingan cepet-cepet cari alasan buat pergi biar kalian engga' sakit hati........